Awalnya aku belum berkerudung. Niatku berkerudung malah semakin menguat ketika sepulang ku dari negara tempatku tinggal selama hampir satu tahun. Selama hampir setahun aku mendapatkan perjalanan spirirtual yang luar biasa. Bertemu dengan teman dari Maroko, sebut saja Soumaya satu-satunya yang berkerudung di kelompokku. Bertemu dengan sesama muslim dari berbeda negara itu menjadi sangatlah berharga. Sungguh, aku merasakan dengan nyata hadits Nabi yang sering diajarkan oleh guru ngaji ku SD bahwa “Sesama muslim itu bagaikan satu tubuh”. Jika, ada satu yang terluka maka yang lain akan merasakannya.
Sungguh, seorang Soumaya ini telah menunjukkan ku bagaimana menjadi seorang muslim seharusnya. Mungkin, karena di Maroko dia memiliki bahasa arab sebagai bahasa utama sehingga membaca Al-Quran itu seperti baca buku yang gamblang sekali maknanya. Jelas, lugas, kalau orang Jawa bilang “tanpa tedeng aling-aling”. Perintah menegakkan sholat, zakat, berbuat baik, bagaimana bersikap terhadap orang lain, dan segala hal yang telah diberikan aturannya secara sempurna dari Sang Maha Sempurna dapat diterima langsung olehnya. Maklum, dan maafkan sebelumnya aku masih membaca Al-Quran tulisan Arab nya saja. Hal ini mengetuk hati dan pikiran ku untuk memahami betapa pentingnya membaca makna atau terjemahan dari Al-Quran. Terlebih lagi, bahasa sehari-hari ku bukan bahasa Arab.
Selain itu, titik balikku yang sekarang mulai sadar akan pentingnya membaca Al-Quran dengan artinya juga yakni ketika Host Sister ku yang mengambil jurusan Cross Cultural Studies di perkuliahannya, sedang belajar apa isi Al-Quran. Jadi secara tidak langsung, dia belajar bahasa Arab.
Suatu saat, dia pernah bertanya “Anis, apakah kamu
bisa membaca Al-Quran?”
Aku jawab dengan malu “Iya, aku bisa membacanya, tapi
tak begitu tahu artinya.”
Tentu dengan dahi mengkerut, dia bertanya “kenapa
bisa begitu ?”
Dengan ragu aku menjawab, iya karena aku masih belum mengerti
banyak bahasa Arab”.
Percakapan berlanjut, “Terus selama ini apa saja yang kamu pelajari?”.
Sungguh, itu adalah hanya sebuah pertanyaan. Namun, yang saat itu usiaku 17 tahun dan aku adalah seorang muslim, apa saja yang sudah aku pelajari selama 17 tahun ? hanya berlajar membacanya saja ? Padahal jika dilihat dari salah satu definisi membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni baca/ba·ca/ v, membaca/mem·ba·ca/ v 1 melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati):. Berarti selama ini, aku masih hanya melisankan kata demi kata Arab yang ada. Semua ini memunculkan rasa syukur ku dan semangat ku untuk terus menambah pemahaman ku mengenai petunjuk dari Sang Pencipta. Hal ini semakin menguatkan ku betapa pentingnya membaca Al-Quran beserta tafsirannya, berpikir dan berupaya memahami maknanya. Sebuah cerita lagi, yakni Amy yakni seorang Group Leader atau kalau dalam kelompok-kelompok ngaji dalam Islam disebut sebagai mentor, namun jika di kelompok Kristiani ada yang namanya Youth Group dan setiap kelompok Youth Group didampingi oleh seorang Group Leader. Suatu malam, Amy mengantar ku pulang ke rumah. Seperti biasa, kami bercakap-cakap mengenai berbagai hal yang telah aku pelajari selama masa pertukaran pelajar. Kalau tidak salah, saat itu bulan ke lima ku di Appleton, Wisconsin AS. Sampai pada percakapan mengenai bagaimana meriahnya perayaan Natal di AS.
Amy pun bertanya “Kalau di Indonesia, perayaan apa yang meriah seperti disini ?” Karena saat itu adalah sedang suasana hari besar sebuah keagamaan, maka aku menjawab “Ada Idul Fitri.” Amy tersenyum dan bertanya, “Perayaan apa itu ?”. Disinilah, dengan latar belakang budaya serta agama yang berbeda, aku sedikit ragu bagaimana harus ku menjelaskan. Di benak ku muncul yakni sebuah momen ketika seseorang kembali suci dan saling memaafkan satu sama lain. Butuh vocab (kosa kata) yang cukup untuk menjelaskan. Maka, ku mulai menjelaskan sebisaku dan berupaya sebisa mungkin agar Amy bisa paham, “Amy, apakah kamu tahu bahwa dalam agama ku ada bulan Ramadhan , ada kewajiban berpuasa. Dan puncak dari bulan puasa itu adalah Idul Fitri. Orang-orang berkunjung ke rumah tetangga hingga saudara. Kalau disini seperti Thanksgiving”. Amy mendengarkan penjelasan ku dengan seksama kemudian dia mengangguk menandakan dapat diterimanya penjelasanku. Dari situ, aku merasa semakin yakin bahwa segala penjelasan mengenai hal-hal puasa dan sebagainya tentunya telah banyak dijabarkan dalam Al-Quran. Tapi, selama 17 tahun apa yang sudah kupahami? Masih-masih sedikit. Oleh karena itu, kapan pun, dimanapun, selama kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini. Maka penting untuk membaca Al-Quran Arab nya dan terjemahannya. Agar kita semakin paham dan dapat mengambil hikmah dari segala peringatan, berita gembira dan hikmah di setiap petunjuk-Nya. Untuk menjelaskan ke orang yang berbeda bahasa dan budaya, dibutuhkan penjelasan dalam Bahasa Inggris. Disitulah perlunya membaca tafsiran dalam Bahasa Inggris pula. Aku ada cerita awal mula bagaimana aku membeli buku tafsiran Al-Quran dalam Bahasa Inggris. Ada teman baik ku, yang berkontribusi di dalamnya. Penasaran ? semoga dimudahkan untuk menuliskannya agar bisa berbagi disini. Aamiin. Teruslah dan ayo semangat membaca dan memahami Al-Quran.
