Senin, 18 Juni 2018

Rengginang : Renyah atau Kemlingking


     Jam masih menunjukkan pukul 10.00 WIB.Semua anggota keluarga di rumah mulai beraktifitas sesuai tugas masing-masing untuk menyambut hari Raya Idul Fitri. Ada yang mempersiapkan baju untuk keperluan mudik, ada yang mempersiapkan mobil untuk mudik, masak kue untuk hidangan di meja dan ada juga yang kebagian menggoreng berbagai hidangan krupuk.

     Ada berbagai macam krupuk. Mulai dari rengginang, rambak sapi, krupuk gadung hingga krupuk emping. Untuk menggoreng krupuk, perlu beberapa alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan antara lain kompor, wajan, spatula dan saringan tempat meniriskan krupuk seelah digoreng serta tak lupa tampah dengan lapisan koran sebagai tempat meletakkan krupuk yang sudah ditiriskan.

     Setelah siap semua alat dan bahan,  maka langkah selanjutnya adalah menyalakan api kompor.  Tunggu sekitar 5 menit atau hingga minyak goreng panas. Tanda-tanda minyak goreng telah panas, bisa dilihat dari pergerakan semu permukaan minyak gorrng, atau bisa dengan mencoba menggoreng secuil kerupuk.

   Saat itu, minyak sudah cukup panas. Maka, mulai lah ku goreng satu buag rengginang. Ternyata eh ternyata hasilnya, kerupuk rengginang itu tidak mengembang, tetap mengkerut. Lalu, ternyata nenek tahu dan akhirnya rengginang itu di jemur terlebih dahhulu.

   Baiklah, saat nya lanjut menggoreng krypuk selanjutnya yaknu krupuk rambak. Minyak sudah panas, dan ku goreng beberapa krupuk rambak. Butuh beberapa detik hingga sedikit demi sedikit kerupuk rambak mulai mengembang.

    Kerupuk rambak hasil gorengan pertama ini, terlihat aneh karena ketika diangkat, krupuk rambak itu masih banyak minyak yang menempel serta tidak mengembang sempurna sehingga masih terlihat keras. Kutunjukkan hasil rambak yang digireng itu kepada nenek. Nenek melihat dan memegang rambak tersebut dan berkata "Iki kemlingkingen". Lalu beliau bilang "Minyaknya kurang panas" .

   Aku melihat sambil mengerutkan dahi. "Oh, kemlingkingen" - batinku. Lalu, ku besarkan bara api dan lanjut menggoreng kerupuk rambak. Hasil penggorengan rambak setelah itu memang lebih mengembang. Alhamdulillah sip.

     Selanjutnya adalah menggoreng kerupuk emping. Sebelumnya nenek bilang "Kalu menggoreng kerupuk emping, pakai bara api yang sedang ya".

   Ku ikuti instruksi tersebut dengan mengecilkan bara api. Setelah menunggu sekitar 1 menit, lsedikit drmi sedikit ku goreng  kerupuk emping. Dengan bara api yang lebih kecil dari bara api yang digunakan menggoreng kerupuk rambak, kerupuk emping sudah mengembang dengan baik.

     Setelah sekitar 2 jam berkutat dengan memggoreng rambak, emping dan krupuk lain. Tibalah waktunya menggoreng rengginang yang sudah di jemur. Yap, benar. Dengan bara api sedang, rengginang digoreng dan bisa cepat mengembang merekah sangat berbeda dengan hasil penggorengan awal percobaan di awal. MasyaAllah, rengginang nya terlihat sangat kriuk. Tapi, kuingat itu masih m hari terakhir ramdhan dan jam buka puasa masih 5 jam lagi. Baiklah, cukup ku senyumi dan ku kemas krupuk-krupuk yang sudah di goreng ke dalam toples.

    Tahap akhirnya adalah jangan lupa mematikan bara api kompor .

    Ya, begitulah proses penggorengan krupuk hari ini. Kuteringat bahwa hari ini adalah hari ke 30 Ramadhan 1439 H. Bagaikan bara api kompor yang akan dimatikan. Ramadhan kali ini akan berakhir. Masa penggorengan spesial akan usai. Entah, hasilnya kemlingkingen atau renyah merekah. Ini adalah Ramadhan ke sekian dalam hidup dan tentu harapan dan doa semoga bisa diizinkan bertemu di Ramadhan selanjutnya.

     Apa beda Ramadhan pertama kali dengan Ramadhan yang ke sekian kali?
Mungkin, Ramadhan pertama hanya dipahami sebagai menahan lapar dan haus. Sehingga hasil atau output takwa yang diharapkan, masih belum optimal. Namun, karena Allah Sang Maha Pengasih dan Penyayang maka diberikan lah kesempatan penggorengan kedua, ketiga, hingga kesekian kalinya agar benar-benar bisa renyah.

   Dengan persiapan yang sebenar-benarnya, seperti krupuk yang dijemur dulu sebelum digoreng. Hingga tentunya perlu disimpan dengan baik di toples agar tidak melempem.

   Kira-kira begitu hasil yang semoga insyaAllah kita dapatkan dari Ramadhan kali ini.

       Keimanan dan ketaatan yang perlu terus dijaga keistiqomahannya agar selalu mengingat-Nya akan segala keagungan-Nya.

Aamiin Ya Rab.

Allahuakbar, Laailaa ha illallah.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H.
Mohon Maaf lahir dan batin.

#TetepAMNM
#Refleksi