Jumat, 05 Februari 2021

Sistem yang terbatas menuju Sistem Yang Maha Tanpa Batas


Sumber gambar: https://tinhtamvn.net/30-candid-illustrations-with-deeper-meanings-show-the-irony-of-todays-world-part-2/

Assalamu'alaikum folks! 

Salam sehat

Btw, ini aku lagi ada nyusun tesis nih. 
Lah kok udah tesis? share ilmu nya dong? cerita apply S2 nya dong? hhe , peace yak 

Kepikiran buat share sih. Semoga bisa share via youtube juga yak 

Biar bisa like, share, comment and subscribe. 

Jadi gini, sebenarnya setiap manusia di bumi ini memiliki peran kan ya. Either itu di kehidupan pribadi nya I mean di keluarga, di karir nya atau pekerjaannya, dan juga di masyarakat tentunya. Nah, semua peran itu tak terlepas peran utama kita (manusia) di bumi ini adalah sebagai hamba atau kalau dalam Pedoman Utama (Al-Quran) sebagai khalifah. 

Hmm.. 

Nah klo aku, di karir atau pekerjaan sejauh ini memang berkecimpung di dunia penelitian atau ranah nya akademisi gitu lah. Even, semua itu masih berproses yak. Di penelitian tesis kali ini, aku dapat kesempatan buat diskusi dengan beberapa praktisi begitu juga yang jelas aku head to head kan dengan pemikiran ku yang terbiasa ngerjakan penelitian. 

Meneliti itu memang butuh banget rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity), yang kalau sependek aku tahu itu semua agar bisa memahami fakta secara utuh. Nah, biar penelitiannya bisa bermanfaat bagi umat gitu. Karena penelitian itu jelas membuthkan proses berfikir yang mendalam, yang akhirnya bisa dipahami tuh fenomena yang hanya dari permukaan. 

MasyaAllah nya, ada sebuah term yang sampai saat ini aku coba pahami yakni "menjadi peneliti yang membumi". Itu problem besar banget si karena ketika penelitian tidak membumi, maka jelas hasil nya akan tidak bisa bermanfaat langsung bagi masyarakat. Innalillah. Ntar klo ditanya Yang Ngasih Hidup mau jawab kayak gimana. 

Kenapa bisa peneliti dengan kecerdasan serta ketekunan itu mengalokasikan effortnya namun hasil nya tidak sesuai diharapkan? Jelas banyak faktor. Semoga bisa kujabarkan lebih ditulisan selanjutnya ya. Pada kesempatan ini, yang ku mau highlight adalah ketika masing-masing karir dengan masing-masing kepentingan atau apapun peran dalam hidup ini akan suliiiiit dan cenderung menjadi area terpisah serta masing-masing jika tidak ada penghubung dan landasan sama yang kuat. hah gimana gimana? hhe 

Pernah denger tentang "ego sektoral"? setiap sektor akan cenderung berjuang untuk kepentingannya masing-masing. 

Contoh nih balik lagi ke penelitian, maka peneliti akan terus pada kepentingan nya meneliti dengan berbagai teori yang ada. Di sisi lain, ada praktisi atau pembuat kebijakan yang akan terus membuat kebijakan seusai kapasitas yang dianggapnya adalah hal yang terbaik baginya. Ya begitulah fitrahnya manusia, akan cenderung pada kepentingannya. Peneliti akan bisa saja less trust dengan pembuat kebijakan karena menganggap tidak mendengar hasil penelitiannya dan cenderung banyaknya kepentingan politik atau kurang serius menanggulangi masalah. Tetapi disisi lain, pembuat kebijakan pun bisa saja menilai hasil penelitian yang ada "kurang membumi" dalam artian sangat sulit untuk diapliksikan di lapangan, karena bisa ada anggapan bahwa peneliti tidak mengerti dan memahami lapangan. Dari semua aspek less trust hingga kurang bisa nya kerjasama antar kedua pihak tersebut, menunjukkan bahwa sebagai peneliti jelas memiliki keterbatasan dana, tenaga, dan waktu dsb ketika masalah yang diteliti harus mencakup 1 pulau, tetapi sumberdaya hanya bisa mencakup satu provinsi. Begitu juga dengan pembuat kebijakan memiliki keterbatasan sumberdaya sehingga tak dapat merespons berbagai problema dengan yang mungkin bisa naik levelnya. Kunci nya bukan hanya sekedar sama-sama terbatasnya sumber daya. Tetapi harus dipertanyakan, kenapa sumber daya nya terbatas ? Bila demikian, bagaimana kelak kita semua mempertanggungjawabkan peran kita sebagai khalifah di hadapan-Nya? Masa iya, kita menyalahkan Sang Pencipta dan bilang bahwa "lah kan manusia diciptakan terbatas". Eh, gak gitu kan konsepnya, lancang sekali sebagai manusia kayak seolah manusia yang punya surga aja. hha

Sudah jelas yak bahwa se terbatas itu kemampuan manusia, ataupun sumber daya yang ada ketika hanya sebatas dengan kapasitas manusia.Udah tahu kalau terbatas kok ya masih aja berani dan sok sok an bikin sistem aturan atau pedoman hidup untuk menata kehidupan manusia? eh iya kah? Iya lah, tuh buktinya kehidupan di dunia saat ini bertumpu pada demokrasi yang menjadikan suara manusia adalah suara Tuhan. Yang banyak lah yang menang, begitu juga penyusunan undang-undang dan tata aturan kehidupan bernegara dan masyarakat nya. 

Sudah jelas sebegitu membundeli nya, atau sebegitu dead lock nya ketika hanya berkutat dengan keterbatasan manusia, kok ya masih aja berlandaskan aturan dan pemikiran "dari manusia, oleh manusia, dan untuk manusia" gitu slogannya? sampe ntar bumi udah pensiun juga bakalan sama keadannya. Innalillah ... 

Allah Subhanallahu Wataala mencipta bermilyar manusia di bumi tak seperti cerita di tivi yang seseorang dilahirkan dari batu lalu bisa hidup sesukanya, dikira lahir dari kinderjoy kali wak. hhe. Tetapi Allah Subhanallahu Wataala sebagai Sang Maha Adil dan Sang Maha Tak Terbatas telah memberi manusia panduan lengkap, gimana sih menjadi khalifah di bumi itu. Allah tahu banget kalau manusia itu lemah, maka nya Allah memberi panduan melalui Al-Quran dan As-Sunnah bagaimana sih sistem sosial yang optimal itu, sistem ekonomi yang optimal, sistem politik hingga pemerintahan yang ada. Kalau sekarang fenomenanya, sistem pendidikan gak konek dengan sistem politik dan sebaliknya. Koneksi itu tak akan ada jika tak ada penghubungnya, Disanalah Allah memberikan landasan syariat sebagai landasan utama semua sektor. Ketika sudah tahu bahwa sistem buatan manusia itu lemah dan terbatas, maka sudah waktunya untuk kembali menggunakan landasan sistem dari Sang Maha Tanpa Terbatas. Itulah kenapa ada pertanyaan dalam Al-Quran:

“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”(Surah al-Maidah [5]: 50).

Penerapan sistem Yang Maha Tanpa Batas, jelas tak akan menciderai siapapun kecuali pihak yang mengharap kedholiman. Syariat akan menjaga berbagai umat beragama, karena itulah kenapa dalam 13 Abad track record penerapan sistem Islam tetap menjaga keberadaan agama-agama yang ada. 

Gimana, yakin mau gini-gini aja sampai bumi pensiun? 
Mengingatkan saja bahwa kita semua kelak akan dihisab oleh Kisi-Kisi Yang Telah Dibuat dan Dijelaskan dalam syariat-Nya loh ya, bukan kisi-kisi yang dibuat oleh sistem demokrasi. 

Emang gimana ceritanya kalau sistem pendidikan dan sistem politik berlandaskan sistem Ilahi? It will be marvelous!
Pertama, sistem pendidikan yang berlandaskan ilahi akan mencipta manusia yang takut pada Rabb-nya. Ilmu nya akan digunakan sebanyak-banyak nya manfaat memikirkan solusi terbaik bagi umat. Dengan pemahaman menyeluruh terkait fakta serta bagaimana hukum-hukum nya di mata Sang Pencipta bukan tentang gaya, publish, dana, atau apapun yang duniawi tetapi cenderung bagaimana Allah ridlo akan ilmu yang diberikan-Nya. Memahami sungguh-sungguh dari mana asal nya, untuk apa hidupnya, dan kelak akan kemana. Begitu juga sistem politik akan benar-benar melihat mana yang berdampak luas bagi umat dengan konsep sebagai raain dan junnah yakni pelayan dan pelindung bagi masyarakat yang dipimpinnya karena semua akan dimintai pertanggungjawaban. Kesungguhan dan kehati-hatian serta diinstalnya standar mana yang boleh, mana yang tak boleh, akan menjadikan berbagai sistem bergerak secara simultan mengoptimalkan berbagai ketercukupan yang sudah Allah ciptakan, karena Allah mencipta kaya untuk menolong yang tidak kaya sehingga tercipta cukup dimuka bumi, MasyaAllah. 

Udah gitu aja, sharing kali ini. Semoga bermanfaat. Feel free to e-mail me for any discussion or insight yak. Barakallah.