Sabtu, 22 Juli 2017

AUN-AELP Day I

"Get and give or vice versa- This life is a cycle, if you want to keep moving so then, do the cycle, Inshaallah the tire will go to what Allah has been directed because Allah has The Best Scenario- Anis Astur, 2017" 

        Hari I AUN-AELP dimulai dengan keberangkatan saya dengan teman saya dari kosan teman saya naik Uber pukul 02.30 WIB ke Juanda. And Alhamdulillah, seperti yang sudah diperkirakan bahwa bisa kenak biaya lebih murah yakni Rp. 42.000 ke Juanda dari daerah Gubeng Airlangga. Mobilnya Serena woy (lagi hot topic di keluarga,-  Serena, Alpart, Evalia, Luxio). Sampai di Juanda sekitar pukul 03.30 WIB. Ini adalah pertama kalinya saya ke bandara sepagi itu dan alhasil memang demikian, para pegawai pun masih berjaket karena kedinginan mungkin ya. Kemudian, bandara masih sepi. Toko-toko dan money changer belum buka. Well, the show must go on karena tiket Juanda-KL tepat pukul 05.10. 

      Kami berdua menuju check in baggage, dan Alhamdulillah banget semalem bisa mencetak tiket karena pas mau masuk area check in, tiket nya di check oleh pak penjaga. Alhamdulillah, check in bagasi berjalan lancar. Namun, terjadi pas kami akan mencetak boarding pass yang tujuan Juanda-KL untuk kepulangan tanggal 26 Juli, boarding pass tidak bisa di cetak, tetapi malah mencetak ulang boarding pass yang sudah kami cetak semalam. Oke lhaa.. mungkin bisa di cetak di KL. Kemudian kami menuju lantai 2 Juanda Airport T2, ketika akan masuk area pemeriksaan check in gate Internasional, kertas boarding pass yang sudah kami cetak semalam tak terdeteksi. Maka kami diminta untuk mencetak kembali boarding pass di lantai 1. Turun lagi deh tapi bagusnya di Juanda, kalau naik ada elevator sedangkan kalau turun pakai tangga. Bagus tuh untuk tidak menjadikan orang-orang malas. Toh turun juga membutuhkan energi lebih kecil. 

            Ketika sampai di mesin check-in, kami mencoba mencetak boarding pass lagi, tapi tidak bisa. Kami mengira boarding pas yang sebelumna salah cetak telah di buang oleh petugas. Alhamdulillah tida. Maka, kami kembali ke lantai 2. Dan setelah pemeriksaan, kelupaan gunting ku di kotak pensil dan benda tajam dilarang masuk ke pesawat. Maka gunting saya di ambil oleh petugas. Ternyata ada penumpang lain yang membawa "cobek" di tas carry on. Tetapi harus diambil karena cobek perlu diletakkan dengan bagasi begitu juga benda tajam. 


            Selain itu, kembali fenomena bahwa air minum tidak boleh dibawa di carry on serta makanan yang tak boleh di carry on. Karena sayang dengan air, maka air minum bisa dihabikan dahulu serta bisa sarapan. Eits, jangan lupa untuk mengeluarkan laptop dari tas untuk dilewatkan pemeriksaan berjalan. Setelah itu, kami menuju imigrasi "penstempelan passport". Pertanyaan pak petugas imigrasi kepada saya : 
1. Ke KL berapa lama ? Jawab = lima hari 
2. Ada acara apa ?" Jawab = konefernsi
3. Pulang nya tanggal 23 ? - Ini pertanyaan menjebak, padahal hari itu jelas 22 juli dan acara 5 hari. masak iya pulang tanggal 23- jawab : tanggal 26 Pak 
4. Sudah punya tiket pulang ? Jawab - sudah Pak 
5. Berapa orang ? Jawab : 2 
Intinya selow aja, rileks and smile ketika melewati kantor imigrasi. 

         Ternyata pertanyaan lain, juga diberikan kepada partner saya "Lima hari di Malaysia ya mbak, segera pulang ya" - Wow,wow "Begitulah kesayangan negara melepaskan pemuda bangsa" ecie.. 

         Saat itu, perlu ke gate nomor 9. Tetapi harus persiapan untuk sholat shubuh sekitar pukul 04.28 WIB. Setelah menunggu beberapa puluh menit, kami sholat shubuh dan segera menuju ke gate 9 dan eh ternyata dekat  gate 9 ada musholla, ngapain kami harus nunggu di gate 7 buat sholat. Oke lha. jadi tahu hal baru. Alhamdulillah penerbangan tepat waktu dan banyak yang ke KL dengan naik Air Asia. Saya duduk di seat 15 C dan teman saya di seat 15 B. 

      Ini pertama kali saya naik Air Asia. perbedaan terletak pada kursi nya yang sedikit bisa di mundurkan untuk sandaran punggungnya serta adanya tempelan iklan di bagian meja depan penumpang (disebut tamu atau guest oleh Air Asia), dan juga di bagian luar ruang penyimpanan atas kepala penumpang. Mungkin itulah kenapa Air Asia bisa mendapat low cost flght award karena setiap space dalam pesawat bisa menghasilkan pemasukan. Maaf, ini masih asumsi yang perlu di riset lebih lanjut. Jadi nambah makan ya nambah, duduk di kursi kursi tertentu juga nambah, insurance juga b=nambah. Super super super.. Dari pramugarinya juga, pakai flat shoes dengan outfit khasnya. Awalnya dikira tak ada pramugara nya ternyata ketika penerbangan KL-AOR (Alor Setar) ada pramugara nya. 

      Oke, Alhamdulillah mendarat di KLIA2 dengan selamat pukul 08.30 Waktu Malaysia yang ternyata malah sama seperti WITA di Indonesia yakni 1 jam lebih awal dari WIB. Disinilah perjalanan dimulai, walaupaun dari tadi juga terus berproses. Kami berdua memasuki KLIA 2 lumayan takjub karena ternyata luuuuas dan untuk ambil bagasi saja butuh beberapa lantai dilewati. Asik lha, juga ada tempat-tempat foto asik yang bisa menghibur ngantuknya pagi ini. 

        Sebelum mengambil bagasi, harus mengantri dibagian imigrasi untuk masuk ke Malaysia. Ada row yang disediakan khusus bagi negara-negara ASEAN, lucunya ada anak dari Korea atau China rambutnya di potong tipis bentul hati (love).So cute... 

        Oh ya, pagi ini kami sarapan dengan roti bakar (duren coklat), dan juga roti coklat. Minumnya cukup air mineral. 

       Dari imigrasi, kami mengambil bagasi dan menuju tempat check in bagasi lagi untuk menuju Alor Setar. Jam terus bergulir, Alhamdulillah kami bisa check in bagasi dengan lancar. Kerennya, kami baru tahu ternyata mesin check in selain bisa buat cetak boarding pass, juga bisa dipakai buat cetak tag untuk tas. Cool.... 

      Oke, inilah waktu menunggu dan pencarian gate 7 dimulai, dari jam 9 ke jam 11, ada 2 jam. sepanjag jalan menuju gate 7 tak ada hal yang seru selain mengabadikan momen dan tentunya beberapa pembicaraan yang terus menggali refleksi diri. (Kisah teman saya yang jadi ketua panitia PKKMB fakultas nya dan terpilih menjadi delegasi AELP- sungguh memang Allah Maha Adil dan Maha Mengetahui dengan adanya take and give menjadikan life learning point will keep going, MasyaAllah" 


      Gate seharusnya dibuka pukul 11.00 ternyata baru dibuka pukul 11.30. Hal ini sedikit delay. Sepertinya sudah menjadi image di masyarakat. Namun, cara pramugara (anak /kaki tangan pesawat) dapat mengapresiasi kesabaran penumpang yang telah menunggu. 


       Penerbangan ke Alor Setar dari KL membutuhkan waktu sekitar 1 jam setengah. Alhamdulillah penerbangan berjalan lancar, dan sampai di AOR pukul setengah 2 siang. Tetapi ada keadian bahwa koper nya partner saya ada lobang dan sobek sedikit. usut punya usut agar bisa diurus ternyata tak bia karena tidak menggunakan insurance.

     Setelah sholat dhur, kemudian menunggu baca-baca, kontak panitia akhirrnya panitia datang bersama peserta lain dari Filiphina dan Brunei kami naik Alphart menuju UUM. Pembicaraan seru di mobil dan jalanan seperti Indonesia. 

      Kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kamar, dapat buddies, dan foto bersama. Selanjutnya makan siang naik kerabu di Mall di dalam UUM. Harganya 5RM, dan minum nestea 2 RM. Semua baik, dan terasa luar negeri rasa rumah karena bahasanya tak jauh berbeda. Dari mall, bisa beli adaptor seharga 8 RM dan sabun batang 1,5 RM. Setelah itu bisa bersih diri dan istirahat. 


      Pukul 09.30 para peserta mendapatkan dinner nasi kuning, sup dan ayam. Setelah itu ada acara perkenalan diri (nama lengkap, nama panggilan, negara asal dan universitas asal). Perkenalan oleh semua peserta dan panitia. Ternyata ada pula panitia yang tinggal di Johor di daerahnya banyak orang Jawa dan ternyata mereka adalah relawan yang rela untuk tidak liburan ketika yang lain masih liburan. JOhor sampai UUM sekitar 10-12 jam darat. UUM dekat dengan Thailand perbatasan utara Malaysia dengan Thailand. 

      Acara perkenalan diri dilanjutkan dengan pembagian kelompok. Saya di kelompok 1 (hijau), dan Icha teman saya ada di kelompok 4 (merah). Satunya lagi teman dari UBD ada di kelompok lain. Dengan ditemani panitia (Luk, Balqis, Ika) kami membuat cheers dan nama grup. 


       Setiap peserta mendapatkan tas UUM, kaos UUM, kaos AELP, syal, dan buku panduan AELP. So cute. 
        Hari ini, penyambutannya sangat baik, dari moda transportasi penjemputan, suasana kamar, dan tulisan penyambutan yang so sweet karena ada nama pesetanya, ada buddies nya, hingga kamar yang nyaman. Bismillah bisa terus berfikir, berkarya. Apa nama kelompok saya dan bagaimana cheers nya, temukan jawabannya di hari ke II. 

Laa haula wala kuwwata Illa billah.   

AUN-AELP 2017 H-1

"Bismillah, you will find the way- Tawakkaltu Alallah"

        Ceritanya pingin nulis sambil nyicil laporan. Sesungguhnya kesempatan untuk manjadi bagian dalam AUN AELP ini merupakan kesempatan yang tak terduga dengan menjadi delegasi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, saya bersama satu mahasiswi dari Fakltas Psikologi Universitas Airlangga menghadiri acara AELP di Universiti Utara Malaysia. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 22 - 26 Juli 2017.
        Setelah seleksi berkas, seperti CV dan nilai ELPT maka kami berdua mendapatkan arahan dari IOP untuk persiapan keberangkatan. Selain itu, ada pula satu dosen pendamping yang kebetulan juga berasal dari Fakultas yang sama dengan diri ku. Baiklah, hari I dimulai dengan perjalanan saya dan teman saya ke UUM. Dosen pendamping memiliki jadwal penerbangan yang berbeda maka kami hanya terbang berdua (mahasiswi). 
         Perjalanan dimulai dengan packing sebelumnya di tanggal 21 Juli, saya dari Bojonegoro karena sedang PKL naik bus ke Surabaya. Dengan berbekal Bismillah, google maps maka itulah pertama kali saya naik bus Bojonegoro-Surabaya turun di Terminal Oso Wilangun.itAlhamdulillah, semua lancar hingga bisa naik angkot hijau kuning jurusan kara menjangan, kemudian oper ke angkot T2 dan sampailah di depan kos saya di jl. Kali Kepiting. 
         Packing pun dimulai dengan cara : 
1. Baca petunjuk (itienary kit) yang dikirimkan oleh panitia AELP
2. Persiapkan out fit per hari, serta acara-acara yang akan terjadi. 
3. Cek dan re-check
        Setelah semua selesai, maka Alhamdulillah "partner" saya selama seminggu ke depan bisa menghampiri dan membolehkan saya menginap semalam di kos nya. Ini adalah upaya agar berangkat ke Juanda tidak terlambat dan bisa menghemat biaya ke Juanda (patungan). 
         Malam itu juga, persiapan sampai pukul 23.00 lebih dengan check in, cetak lembar check in, hingga membeli barang-barang yang dibutuhkan seperti headset untuk perjalanan atau listening, pergi ke Mirota membeli souvenir untuk teman-teman di UUM serta peserta lain (pertama kali ke Mirota),menukarkan uang Rupiah ke Ringgit Malaysia (kurs 1 RM = 3175 Rupiah) di Dua Sisi TP, serta berbagai kertas motivasi yang teringat. Selain itu, juga mengambil berkas proposal yang sudah di tanda tangani. Semoga bisa di acc menyusul setelah selesai acara. 
         Persiapan itu bisa saja singkat, tapi butuh fokus dan dengan panduan info kegiatan yang jelas. Dari persiapan yang ada, belum tercapai : 
1. Ganti baterai jam tangan 
2. Rapikan baju 
3. Beli sepatu olah raga 

4. Tak bawa kabel olor 
Yang sudah baik :
1. Memisahkan kebutuhan tas acara ini dengan PKL 
2. Membawa baju secukupnya 

Keep learning and Contributing. Lanjut di hari I AELP karena harus mulai awal yakni pukul setengah 3 pagi dan Alhamdulillah ada Uber,  

Senin, 03 Juli 2017

Aisyah-Biarkan Kami Bersaudara

     
Sumber : https://kliping-kita.blogspot.co.id/2016/05/sinopsis-film-biarkan-kami-bersaudara.html
    Sudah beberapa waktu yang lalu, saya melihat trailer dari film yang berjudul "Aisyah-Biarkan Kami Bersaudara". Tertarik dan sudah terlihat bahwa film ini menceritakan tentang perjuangan seorang muslimah "Aisyah" mengajar di salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur. Film ini syarat akan makna mengenai berbagai cinta kasih kepada sesama manusia yang dahulunya memang berasal dari nenek moyang yang sama. 

    Cerita Aisyah dengan keinginan menjadi seorang sarjana kelas 1 (satu) yang bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri lah yang sangat menginspirasi dan setidaknya menjadi pengingat kuat akan bagaimana seorang sarjana seharusnya. Apalagi di scene ketika Aisyah mampu mengaplikasikan ilmunya untuk membantu masyarakat di daerah nya mengajar yang sedang mengalami kekeringan. Sungguh begitu besar anugerah ilmu yang bermanfaat. Masya Allah ... Hanya kepada-Nya memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. 


      Kebaikan itu luhur dan kebaikan itu mahal namun tak ada harga yang dapat menggantikan selain ketulusan yang akan diganjar hal baik berkali-kali lipat. Bagaikan kebaikan Aisyah menolong Lordis dan masyarakat mengumpulkan uang untuk membantu Ibu Guru Aisyah agar bisa pulang ke kampung halamannya untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Iman Aisyah yang terus dijaga dan upaya nya dalam neradaptasi dengan anak-anak di daerah nya mengajar merupakan sebuah inspirasi dalam bagi setia insan. 

      Kehidupan Aisyah ketika mengajar di NTT sangat berbeda dengan di daerah aslanya di Jawa Barat dengan perbedaan terletak mulai dari transportasi, makanan, budaya, hingga bahasa. Ancaman kekeringan, penyakit menular hingga tekanan dari beberapa pihak, telah disikapi Aisyah dengan sabar dan berbuah manis. Sabar itu bukan pasrah dan menyerah. Tetapi sabar itu terus berusaha dan terus menyandarkan hasil kepada Sang Maha Kuasa. Tetap semangat dan sehat selalu.

       Apa saja yang harus disiapkan untuk menjadi Sarjana kelas satu ?
       Sudah siapkah anda menjadi bagian dari Sarjana kelas satu ? 

Bulan Terbelah di Langit Amerika

        
Sumber : https://nurbaitihikaru.wordpress.com/2015/12/18/review-film-bulan-terbelah-di-langit-amerika/

   H+3 Hari Raya Idul Fitri 1438 H tepatnya tanggal 28 Juni 2017, pulang dari mudik waktunya merayakan lebaran kembali di Turen. Niatnya mau cerita tentang pengalaman mudik tahun ini, tapi ketika membuka laptop terfikirkan untuk kembali menonton film yang bernuansa religi yang ada di laptopku. Walaupun tidak membawa hard disk ke rumah, tapi untunglah masih ada film ini di laptop judulnya “Bulan Terbelah di Langit Amerika” seri ke-2 dari film 99 Cahaya di Langit Eropa.


    Cerita berlanjut ketika “Hanum dan Rangga” dua tokoh utama di film ini sama-sama pergi ke Amerika dengan misi yang berbeda. Hal yang paling berkesan dalam film ini adalah mengenai bagaimana sebuah iman seorang muslim ditantang untuk tetap kokoh dan berani “speak up” menyampaikan pemahamannya di tengah kalangan yang tidak paham dan cenderung memiliki pemahaman negatif terhadap kaum muslim. Terima kasih kepada mbak Acha Septriasa yang sudah memerankan tokoh Hanum dengan sangat tegas dan yakin. Scene ketika tetangga Julia mengembalikan kue tart “menolak” pemberian kue dari Julia karena Julia seorang muslim, namun Hanum berinisiatif untuk dengan tegas mengambil kue tersebut dan memberikannya kembali ke tetangga Julia serta menyampaikan mengenai “pesan saling mengasihi tetangga dan orang lain” merupakan aksi heroik yang setiap muslim perlu terus menambah khasanah diri akan pemahaman nya terhadap agama Islam. 

Sumber : http://showbiz.liputan6.com/read/2367844/film-bulan-terbelah-di-langit-amerika-tidak-dibelah-dua

    Apalagi dengan adanya dialog Rangga dengan teman nya mengenai keberanian akan keputusan membuat komitmen bahwa "tidak bisa berbeda dengan tidak mau". Maka kembali "if you want there will a way, but if you dont want it, you will fing an excuse". Selain itu ketika Hanum dengan yakin terus menyampaikan apa misi nya walaupaun pintu rumah Julia telah tertutup untuknya, dengan kalimat bahwa hanya Julia yang dapat menyampaikan pesan bahwa “Dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam” menggerakkan Julia untuk mau membukakan pintu rumah nya kembali dan bersedia menjadi responden bagi Hanum. Lagi-lagi film yang ku tonton mengenai perjuangan seorang jurnalis yang menyampaikan pesan luhur nya melalui pena. MasyaAllah... Jadi tergelitik ingin terus menulis (dibarengi dengan mambaca, mendengar dan berdiskusi). 

    Kisah kasih antara Hanum dan Rangga sebagai dua sejoli yang telah membangun bahtera rumah tangga di tengah-tengah kesibukan dan target masing-masing menjadikan keduanya sempat berseteru di tengah-tengah cerita. Namun kesempatan hidup ini tiada yang tahu, dan kesempatan untuk membahagiakan orang-oranga yang menyayangi kita ataupun yang kita sayangi tak ada yang tahu akan diminta kembali. Maka, saling memafkan , saling memahami serta penerapan komunikasi yang saling terbuka dan harmonis lah yang perlu dipupuk satu sama lain.

    Dari cerita ini, kembali terpanggil memori akan rasanya menjadi kaum minoritas. Namun, bumi ini adalah milik-Nya maka sudah sepantasnya bukan iman-Nya yang terkalahkan dengan lingkungan namun rasa cinta-Nya lah yang akan memahamkan orang sekitar. Bismillah. Terus berkarya dan terus belajar. Beberapa poin yang dapat diambil dari film ini antara lain :
  1. Perkuat iman dengan terus mengambil hikmah dari setiap peristiwa
  2. Berfikir positif pada orang lain, karena mungkin orang lain bersikap “demikian” karena belum tahu
  3. Bismillah berani menyampaikan gagasan dan pemahaman kita dengan makruf karena bagaimanapun, kebaikan laksana air akan terus mencari jalan untuk menuju tempat yang ia tuju.

Pertanyaan terbesar yang muncul dari film ini adalah "Sudahkah anda bangga menjadi Muslim?"
Bismillahi tawakkaltu Alallah.