Rabu, 24 Maret 2021

Sampai Kapan BPJS Defisit ?

 Permisi share tulisan tahun 2017, mungkin masih relevan hingga saat ini, 

 Have a nice reading ! 

Sumber gambar : http://indonesiabaik.id/infografis/bersama-atasi-defisit-bpjs-kesehatan

        Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya, hamba Allah hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimiltkinya dan tidak bersikap kufur. Nabi saw. bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Belajar sebagai mahasiswi Kesehatan Masyarakat, menjadikan saya selalu terpapar dengan berita-berita yang terkait dengan kesehatan masyarakat terutama dalam hal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.  Indonesia yang sejauh ini menggunakan sistem Demokrasi menyandarkan berbagai acuan dan keputusan berdasarkan Undang-Undang Dasar dan diterjemahkan pada tataran Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, hingga Peraturan teknis. Semua itu adalah produk akal manusia yang mana sebagai makhluk ciptaan Allah SWT tentu jauh dari kata sempurna.

Di era saat ini Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah isu yang selalu memunculkan polemik dan keresahan di masyarakat. Hal ini masih terhitung baru yakni dimulai sejak tahun 2014, program yang berjalan 3 tahun. Jaminan Kesehatan adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan,  yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan kesehatan muncul dikarenakan biaya kesehatan yang tinggi dan tidak dapat ditanggung sendiri oleh individu atau keluarga.

Pada tahun 2017 ini BPJS Kesehatan defisit 9 Triliun. Hal ini diduga oleh Pemerintah bahwa Pemerintah Daerah masih minim dalam menanggung sendiri dana layanan kesehatan (nasional kompas, 2017). Selain itu, penyeba lain seperti yang dilansir dalam tirto.id yakni karena sistem yang kurang maksimal hingga iuran menjadi tidak optimal. Dalam salah satu diskusi yang bertemakan “BPJS Tekor? Bagaimana mengatasinya?” juga dalam artikel yang sama, diperjelas bahwa defisit itu penyebab terutama dari sisi input. Dalam laporan keuangan BPJS Kesehatan yang dipaparkan Timboel, per 30 Juni 2017 , iuran yang bisa diterima BPJS Kesehatan selama 1 semester sebesar 35,96 Triliun Rupiah namun pembiayaan sebesar 41 Triliun Rupiah. Sering sekali dikembalikan pada upaya perubahan premi kembali yang berdasar pada Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 pasal 16 i yang menyatakan bahwa iuran PBI harus ditinjau dua tahun sekali.

Upaya yang terlihat seperti secara terus menerus membebankan kepada masyarakat serta pemerintah daerah, memunculkan pertanyaan sampai kapan kesehatan di Indonesia akan seperti ini ? Kesehatan hanya bagi yang bisa membayar. Sedangkan kesehatan adalah kebutuhan setiap orang. Di era yang kapitalis ini, jelas sekali bahwa Kesehatan telah di liberalisasi. Terlihat dari penyebab tingginya biaya pelayanan kesehatan. Ketika dilihat dari input, proses dan output dalam sistem pelayanan kesehatan. Dilihat dari input nya yakni para petugas kesehatan baik medis dan non medis tanpa menuduh profesi tertentu semua nya adalah lulusan sekolah tinggi dengan kompetensi masing-masing. Pendidikan di era saat ini yang termasuk dalam membeli kualitas dengan harga menjadikan menuntut ilmu untuk mengembalikan modal. Selain itu, paradigma di masyarakat yang masih belum menganit paradigma sehat (mencegah lebih baik dari pada mengobati) menjadikan angka kesakitan terus meningkat terutama penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, hingga thalasemia (health detik.com). Namun, bagaimana masyarakat dapat memiliki paradigma sehat apabila tidak didukung dengan lingkungan yang kondusif yakni pengarusan se arah yang dinaungi oleh pemerintah. Tataran individu akan lemah ketika tergerus dengan budaya pola hidup tidak sehat seperti merokok, kurang gerak, hingga makan makanan tidak sehat.

Penekanan dalam hal iuran akan terus menerus memberatkan masyarakat dan pola hidup sehat yang tidak disuasanakan akan sangat sulit untuk tercapai. Maka, penting dilihat kembali bagaimana keberdayaan ekonomi negara Indonesia. Dengan sistem ekonomi yang kuat dari kedigdayaan dan kebangkitan bangsa Indonesia maka BPJS akan tak menjadi tukang palak bagi masyarakat Indonesia serta tak akan berada pada keadaan defisit. Sistem kesehatan tidak bisa berdiri sendiri karena sangat berkaitan erat dengan sistem ekonomi, politik, sosial hingga keamanan negara karena sehat itu sejahtera tak hanya fisik namun juga mental. Maka sesungguhnya ketika mengubah sistem kesehatan nya maka membutuhkan perubahan sistematis pula pada sistem yang lain agar tidak hanya solusi “tambal sulam”. Era sekulerisme menjadikan tekanan hidup semakin tinggi, semua diukur dengan uang termasuk masyarakat baru bisa mendapatkan pelayanan kesehatan jika ada uang atau membayar premi. Solusi menyeluruh itu sesungguhnya sudah ada dalam agama Islam yakni adanya sistem ekonomi, politik, hingga pergaulan yang datang dari Sang Maha Sempurna karena sesungguhnya Islam itu menyeluruh dan sempurna.

Allah Ta’ala berfirman:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً)

Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).

 

Sumber :

Sukmana, Yoga. 2017. “BPJS Kesehatan Defisit Rp 9 Triliun, Pemerintah Sentil Minimnya Kontribusi”.  http://nasional.kompas.com/read/2017/11/06/17193991/bpjs-kesehatan-defisit-rp-9-triliun-pemerintah-sentil-minimnya-kontribusi 

http://www.bpjs-kis.info/2016/09/iuran-bpjs-kesehatan-yang-baru-tahun-ini.html

https://health.detik.com/read/2016/03/14/173527/3164513/763/5-penyakit-tak-menular-yang-gerogoti-dana-bpjs

 Jika teman-teman yang membaca ini dan mendapatkan inspirasi, atau petanyaan, let me know ya bisa langsung e-mail ke anis.wulandari.sa@gmail.com or just feel free to hit me at instagram @anis_astur. I would love to have further discussion with you folks! Stay healthy! 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar